Ketika membicarakan kejayaan peradaban Islam, nama-nama seperti Ibnu Sina, Al-Khwarizmi, dan Al-Farabi sering disebut sebagai simbol keunggulan ilmu pengetahuan Islam. Namun, tak banyak yang mengenal para ilmuwan dari era Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman Empire) yang juga turut berjasa dalam berbagai bidang ilmu. Padahal, dinasti ini selama lebih dari enam abad (1299–1924) telah melahirkan sejumlah ilmuwan Muslim yang berkontribusi besar dalam pengembangan astronomi, kedokteran, matematika, filsafat, dan teologi, tetapi seringkali terlupakan dalam catatan sejarah modern.
Artikel ini akan mengangkat kembali jejak tokoh-tokoh ilmuwan Muslim Utsmani yang terlupakan, agar kita dapat menghargai kembali warisan keilmuan Islam yang luas dan beragam.
Daftar Isi
1. Taqi al-Din Muhammad ibn Ma’ruf (1526–1585)
Ilmuwan Serba Bisa: Astronom, Fisikawan, dan Insinyur
Taqi al-Din adalah salah satu tokoh sains paling cemerlang dalam sejarah Utsmaniyah. Ia mendirikan Observatorium Istanbul pada 1577, yang saat itu menyaingi Observatorium Tycho Brahe di Eropa. Ia juga menulis tentang jam mekanik, mesin uap, dan optik jauh sebelum tokoh Eropa terkenal seperti Galileo.
Kontribusi penting:
- Menyusun “Turuq al-Samiyya fi al-Ala al-Ruhaniyya” tentang mesin otomatis dan robotik.
- Mengembangkan jam mekanik dengan sistem gir kompleks.
- Menulis katalog bintang berdasarkan pengamatan teleskopis.
2. Kâtip Çelebi (1609–1657)
Ensiklopedis dan Penjelajah Intelektual
Dikenal juga dengan nama Haji Khalifa, ia adalah seorang ulama, sejarawan, dan geografer yang menulis berbagai karya penting dalam bahasa Arab dan Turki. Ia terkenal karena semangatnya menggabungkan pengetahuan Islam klasik dengan informasi ilmiah Eropa.
Karya terkenal:
- Kashf al-Zunun: Ensiklopedia lebih dari 14.000 judul buku.
- Cihannüma: Atlas dunia berdasarkan peta Eropa dan Islam.
- Pendukung integrasi antara ilmu-ilmu Islam dan pengetahuan Barat.
3. Mustafa Naima (1655–1716)
Sejarawan dan Filsuf Sosial
Naima merupakan sejarawan resmi pertama Utsmani dan salah satu tokoh yang membangun teori sosial Islam dalam konteks negara dan masyarakat. Ia menekankan pentingnya stabilitas politik dan keadilan sosial dalam suatu pemerintahan Islam.
Kontribusi:
- Menulis Tarih-i Naima, sejarah resmi Utsmani dari perspektif politik dan sosiologis.
- Mengembangkan gagasan perubahan sosial berdasarkan prinsip Islam.
4. Ali Qushji (1403–1474)
Ahli Astronomi dari Transoxiana ke Istanbul
Meskipun berasal dari Samarkand, Ali Qushji pindah ke Istanbul dan mengajar di Madrasah Fatih pada masa Sultan Mehmed II. Ia dikenal karena membela pendekatan ilmiah yang independen dari metafisika Aristotelian, mendahului semangat ilmiah modern.
Karya penting:
- Sharh al-Tadhkira: Penjelasan astronomi Ptolemaik.
- Menolak pandangan bahwa gerak benda langit bergantung pada bumi yang diam.
5. Şerafeddin Sabuncuoğlu (1385–1468)
Ahli Bedah Awal Dunia Islam
Sabuncuoğlu adalah ahli bedah pertama dalam dunia Islam yang menggambarkan alat-alat bedah dan prosedur medis secara ilustratif. Ia menulis dalam bahasa Turki agar dapat dipahami oleh masyarakat umum, bukan hanya kalangan ulama.
Kontribusi:
- Cerrahiyyetü’l-Haniyye (Bedah Istana): Ensiklopedia bedah yang menggambarkan 191 alat bedah.
- Pionir dalam penggunaan anestesi dan pembedahan wanita.
6. Evliya Çelebi (1611–1682)
Ilmuwan Sosial dan Penjelajah Dunia Islam
Evliya Çelebi bukan hanya penjelajah, tetapi juga pengamat budaya dan masyarakat. Melalui catatannya, ia memberi gambaran rinci tentang kehidupan sosial, keagamaan, hingga infrastruktur di wilayah Islam dari Balkan hingga Mesir.
Karya monumental:
- Seyahatname (Buku Perjalanan) dalam 10 jilid.
- Dokumentasi penting mengenai tradisi Islam di berbagai negara.
7. Yanyalı Esad Efendi (1685–1730)
Filsuf Islam dan Ahli Kalam
Esad Efendi adalah ahli kalam yang berupaya mereformasi pendekatan terhadap ilmu teologi dalam Islam. Ia mendorong pendekatan rasional terhadap akidah dan berupaya mengintegrasikan ilmu logika ke dalam kurikulum madrasah.
Karya utama:
- Tashil al-Kalam, risalah akidah dengan pendekatan logika.
- Terinspirasi oleh al-Ghazali dan Fakhruddin ar-Razi, namun dengan gaya khas Utsmani.
8. İbrahim Müteferrika (1674–1745)
Intelektual dan Pelopor Percetakan Islam
Meskipun lebih dikenal sebagai tokoh percetakan pertama di dunia Islam, Müteferrika adalah seorang ilmuwan, diplomat, dan pemikir modernisasi Islam. Ia memperkenalkan buku cetak ke Turki dan menulis tentang ilmu politik dan sosiologi dalam perspektif Islam.
Kontribusi:
- Menerbitkan buku-buku sains dan Islam dengan percetakan pertama di Istanbul.
- Menulis Usul al-Hikam, pemikiran reformasi Utsmani berbasis ilmu pengetahuan.
Penutup
Para ilmuwan Muslim Utsmani ini telah menyumbang banyak dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Sayangnya, mereka kerap tenggelam dalam bayang-bayang sejarah Islam klasik atau hanya disebut sekilas dalam buku-buku pelajaran. Padahal, karya dan pemikiran mereka layak dikenang dan dipelajari kembali, karena merefleksikan upaya integratif antara tradisi Islam dan ilmu rasional yang sangat relevan di era modern.
Mengenal kembali tokoh-tokoh ini bukan sekadar bentuk penghormatan terhadap warisan sejarah, tetapi juga inspirasi bagi umat Islam masa kini untuk kembali membangun kejayaan ilmu pengetahuan dengan semangat keterbukaan, riset, dan integritas intelektual.
baca juga: 10 Makanan Turki yang jadi Favorit Wisatawan Mancanegara