Pergamon (atau Pergamum) adalah salah satu kota kuno yang terletak di wilayah barat Turki modern, tepatnya di wilayah Izmir. Pergamon dikenal sebagai pusat budaya, pendidikan, dan politik yang penting pada masa Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Acropolis Pergamon, yang terletak di atas bukit yang menjulang setinggi 300 meter, adalah bagian dari situs arkeologi yang paling terkenal di kota ini.
Daftar Isi
Asal Usul dan Sejarah Awal
Pergamon pertama kali disebutkan dalam sejarah pada abad ke-3 SM sebagai bagian dari kerajaan Helenistik Attalid, yang didirikan oleh Raja Philetairos. Kota ini berkembang pesat di bawah pemerintahan Raja Eumenes II (197-159 SM) dan penerusnya, yang menjadikannya salah satu kota terbesar dan terpenting di dunia Yunani-Helenistik. Acropolis Pergamon, yang merupakan bagian paling strategis dari kota ini, menjadi pusat kekuasaan politik, agama, dan budaya.
Pembangunan dan Kejayaan
Pada masa kejayaannya, Acropolis Pergamon menjadi tempat berdirinya beberapa bangunan megah, termasuk kuil, teater, dan perpustakaan yang terkenal. Salah satu pencapaian arsitektur terbesar di Pergamon adalah pembangunan Altar Zeus, yang dianggap sebagai salah satu karya seni paling monumental dari dunia Yunani Kuno. Altar ini menggambarkan pertarungan antara dewa-dewa dan para raksasa, sebuah simbol kemenangan dan kekuasaan.
Pergamon juga dikenal karena Perpustakaan Pergamon, yang menjadi salah satu perpustakaan terbesar pada masa itu, kedua setelah Perpustakaan Alexandria. Perpustakaan ini menyimpan lebih dari 200.000 gulungan, dan sangat penting dalam perkembangan literatur dan ilmu pengetahuan pada zaman tersebut. Dikatakan bahwa Pergamon juga menjadi tempat kelahiran parchment (kulit binatang yang digunakan sebagai bahan tulis), yang menjadi inovasi penting dalam dunia tulisan setelah gulungan papirus.
Era Romawi dan Krisis
Pada 133 SM, Pergamon jatuh ke tangan Kekaisaran Romawi setelah raja terakhir dari kerajaan Attalid, Attalus III, meninggalkan kerajaannya kepada Roma. Meskipun berada di bawah kendali Romawi, Pergamon tetap mempertahankan kemegahannya sebagai pusat seni dan budaya, serta sebagai salah satu kota terbesar di provinsi Asia. Kota ini terus berkembang, tetapi mulai mengalami penurunan setelah abad ke-2 M, terutama setelah gempa bumi besar yang menghancurkan banyak bangunan di Pergamon.
Pada abad ke-4 M, dengan meningkatnya pengaruh agama Kristen di seluruh Kekaisaran Romawi, banyak bangunan pagan di Acropolis dihancurkan atau diubah menjadi tempat ibadah Kristen. Pergamon akhirnya kehilangan statusnya sebagai pusat kekuasaan, dan kota ini semakin terabaikan.
Penemuan dan Pemugaran
Pada abad ke-19, situs Pergamon menarik perhatian para arkeolog Eropa, yang mulai menggali dan menemukan berbagai artefak penting. Salah satu penemuan terbesar adalah Altar Zeus, yang dipindahkan ke Museum Pergamon di Berlin, Jerman. Excavations di Acropolis terus berlangsung hingga saat ini, dengan upaya pemugaran yang bertujuan untuk mengembalikan sebagian dari kemegahan kuno kota ini.
Hari Ini
Pergamon Acropolis kini menjadi situs warisan dunia UNESCO dan merupakan destinasi utama bagi para wisatawan dan peneliti arkeologi. Struktur yang tersisa, seperti teater besar yang mampu menampung hingga 10.000 penonton, altar Zeus yang terkenal, dan sisa-sisa kuil-kuil kuno, memberikan gambaran tentang kemegahan dan kejayaan kota ini di masa lalu.
Pergamon tetap menjadi saksi bisu dari kejayaan peradaban kuno yang mencampurkan seni, ilmu pengetahuan, dan kekuasaan, dan Acropolis-nya adalah simbol abadi dari kejayaan masa Helenistik yang menakjubkan.
baca juga: Panduan Jalan-Jalan ke Kota Ankara, Turki
baca juga: Anıtkabir: Tempat Peristirahatan Terakhir Mustafa Kemal Atatürk