Februari 14, 2025

Perubahan Hagia Sophia Menjadi Masjid di masa Erdogan

Pada tahun 2020, di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdoğan, salah satu keputusan paling kontroversial dalam sejarah Turki modern terjadi: Hagia Sophia, situs warisan dunia yang sebelumnya berfungsi sebagai museum sejak tahun 1935, diubah kembali menjadi masjid. Keputusan ini memicu reaksi kuat baik di dalam negeri maupun internasional. Berikut adalah analisis mengenai keputusan tersebut dan dampaknya terhadap hubungan agama, budaya, dan politik di Turki serta dunia.

1. Latar Belakang Sejarah Hagia Sophia

Hagia Sophia dibangun pada abad ke-6 Masehi oleh Kaisar Bizantium Justinian I sebagai gereja besar untuk Kekaisaran Romawi Timur. Setelah penaklukan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453, Sultan Mehmed II mengubah Hagia Sophia menjadi masjid, dan ini bertahan selama hampir 500 tahun. Pada tahun 1935, di bawah pemerintahan sekuler Mustafa Kemal Atatürk, Hagia Sophia diubah menjadi museum, dengan tujuan untuk menciptakan sebuah simbol sekularisme dan kebebasan beragama di Turki. Sejak itu, Hagia Sophia menjadi tempat wisata internasional yang menampilkan kekayaan sejarah budaya, baik dari perspektif Kristen maupun Islam.

2. Keputusan Presiden Erdoğan: Pengubahan Menjadi Masjid

Pada 10 Juli 2020, Mahkamah Administratif Negara Turki (Dava Mahkemesi) memutuskan untuk membatalkan keputusan Atatürk yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum. Hanya beberapa jam setelah keputusan tersebut, Presiden Erdoğan mengumumkan bahwa Hagia Sophia akan dibuka kembali sebagai masjid. Keputusan ini disertai dengan sebuah keputusan pemerintah yang memperbolehkan salat Jumat pertama di Hagia Sophia setelah lebih dari 80 tahun.

Erdoğan menjelaskan bahwa perubahan status ini bukan untuk menyinggung umat Kristen atau budaya dunia, melainkan sebagai pengembalian status asli Hagia Sophia sebagai masjid. Pemerintah Turki juga menegaskan bahwa situs ini tetap akan terbuka untuk pengunjung non-Muslim dan akan terus dihormati sebagai salah satu situs bersejarah yang memiliki nilai global.

3. Alasan di Balik Keputusan

Keputusan Erdoğan untuk mengubah Hagia Sophia menjadi masjid dapat dilihat dari beberapa perspektif:

a. Identitas Islam Turki dan Nasionalisme

Erdoğan dan partai AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan) telah lama menekankan pentingnya kembali kepada akar Islam dalam kebijakan politik Turki. Dengan mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid, Erdoğan mempertegas identitas Islam Turki dan menguatkan simbolisme agama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama di kalangan pemilih konservatif dan Islamis.

b. Reaksi terhadap Sekularisme Atatürk

Keputusan ini juga dapat dilihat sebagai langkah melawan warisan sekularisme Atatürk. Selama dekade-dekade sebelumnya, pemerintah Turki secara bertahap mengurangi peran agama dalam kehidupan publik, dan Hagia Sophia, yang sebelumnya berfungsi sebagai museum, menjadi simbol dari kebijakan sekuler tersebut. Erdoğan dan AKP, yang berhaluan lebih Islamis, berusaha mengubah simbol-simbol seperti ini untuk menciptakan kembali Turki dengan identitas yang lebih Islami.

c. Kepentingan Politik Dalam Negeri

Keputusan ini dapat dianggap sebagai cara untuk memperkuat dukungan dari kalangan pemilih konservatif yang memiliki afiliasi agama yang kuat. Selain itu, Erdogan telah menghadapi tantangan politik domestik terkait ekonomi dan kebijakan luar negeri, sehingga keputusan ini dianggap oleh banyak pihak sebagai upaya untuk meningkatkan popularitas di kalangan basis pendukung Islamis dan nasionalis.

4. Reaksi Internasional dan Dampaknya

Keputusan untuk mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid menimbulkan berbagai reaksi dari dunia internasional, baik dari negara-negara Kristen maupun dari organisasi internasional:

a. Reaksi Dunia Kristen

Tindakan ini memicu kecaman dari banyak negara Barat dan komunitas Kristen. Banyak yang melihat perubahan status Hagia Sophia sebagai penghinaan terhadap warisan budaya Kristen, mengingat sejarah panjang gereja tersebut sebagai tempat ibadah Kristen selama berabad-abad sebelum menjadi masjid. Patriarkat Ortodoks Konstantinopel yang berbasis di Istanbul juga menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan tersebut, meskipun mereka mengakui bahwa Hagia Sophia tetap terbuka untuk umat non-Muslim.

b. Reaksi dari Dunia Islam

Di sisi lain, banyak pihak di dunia Islam menyambut baik keputusan tersebut, menganggapnya sebagai langkah untuk mengembalikan Hagia Sophia ke statusnya sebagai tempat ibadah Islam, setelah lebih dari 80 tahun tidak digunakan untuk tujuan tersebut. Bagi sebagian besar umat Islam, Hagia Sophia adalah simbol kebanggaan kekuasaan dan kejayaan Utsmaniyah.

c. Dampak terhadap Pariwisata

Perubahan status ini juga memengaruhi sektor pariwisata Turki. Sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO yang paling terkenal, Hagia Sophia menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya. Walaupun tetap dibuka untuk wisatawan, pengubahannya menjadi masjid mempengaruhi cara orang mengakses dan menghargai situs ini, serta potensi dampak ekonomi dari sektor pariwisata.

5. Implikasi dan Tantangan Masa Depan

Meskipun keputusan ini memperkuat identitas Islam Turki, ia juga menghadirkan tantangan dalam menjaga hubungan dengan minoritas non-Muslim dan komunitas internasional. Pada saat yang sama, perubahan status Hagia Sophia dapat memicu perdebatan tentang batas antara agama dan negara dalam kebijakan Turki yang lebih luas. Selain itu, keputusan ini membuka kembali perbincangan tentang masa depan situs-situs bersejarah yang memiliki makna multireligius dan bagaimana mereka diperlakukan oleh pemerintahan yang berkuasa.

Kesimpulan

Pengubahan Hagia Sophia menjadi masjid di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdoğan adalah salah satu langkah yang mencerminkan pergeseran politik, sosial, dan identitas di Turki modern. Keputusan ini menegaskan pentingnya agama dalam politik Turki saat ini dan memperlihatkan ketegangan antara tradisi sekuler dan upaya untuk mengembalikan kekuatan agama dalam kehidupan masyarakat. Meskipun kontroversial, Hagia Sophia tetap menjadi simbol penting yang melambangkan warisan budaya dan keagamaan yang mendalam, baik bagi umat Kristen maupun Muslim.

baca juga: Sejarah Peradaban di Turki Sebelum masa Khilafah Utsmaniyah

baca juga: Sejarah Topkapi Palace: Peninggalan Kesultanan Utsmaniyah!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *