Turki, dengan wilayah utamanya di Anatolia, adalah tempat bertemunya berbagai peradaban dan tradisi keagamaan, termasuk peran penting Gereja Ortodoks Timur. Sebelum kedatangan Islam dan kekuasaan Khilafah Utsmaniyah, Gereja Ortodoks Timur memainkan peran utama dalam kehidupan spiritual, sosial, dan politik wilayah tersebut, terutama selama Kekaisaran Bizantium. Berikut adalah gambaran peran dan pengaruh Gereja Ortodoks dalam sejarah keagamaan Turki:
Daftar Isi
1. Gereja Ortodoks di Era Kekaisaran Bizantium
Setelah Kekristenan menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi pada abad ke-4 M, Konstantinopel (sekarang Istanbul) menjadi pusat penting bagi Gereja Ortodoks. Kaisar Konstantinus Agung mendirikan kota ini pada tahun 330 M, menjadikannya ibu kota Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium).
a. Pusat Kekristenan Ortodoks
- Patriarkat Ekumenis Konstantinopel didirikan sebagai salah satu pusat utama Kekristenan Ortodoks, bersama dengan Roma, Aleksandria, Antiokhia, dan Yerusalem. Patriarkat ini menjadi pemimpin spiritual bagi umat Ortodoks di seluruh Kekaisaran Bizantium dan wilayah sekitarnya.
- Gereja-gereja besar, seperti Hagia Sophia, dibangun sebagai simbol kekuatan dan kejayaan iman Kristen. Hagia Sophia menjadi salah satu gereja terbesar dan paling indah di dunia selama berabad-abad.
b. Doktrin dan Teologi
- Gereja Ortodoks di Konstantinopel memainkan peran penting dalam konsili-konsili ekumenis, seperti Konsili Nicea (325 M) dan Konsili Khalkedon (451 M). Konsili-konsili ini menetapkan banyak doktrin utama Kekristenan, termasuk konsep Tritunggal dan kodrat Kristus.
c. Peran Sosial dan Politik
- Gereja Ortodoks tidak hanya menjadi institusi keagamaan, tetapi juga berperan sebagai pendukung politik dan sosial Kekaisaran Bizantium. Kaisar dianggap sebagai pemimpin sekuler dan spiritual, dengan Patriarkat Konstantinopel sering bekerja sama erat dengan istana kekaisaran.
2. Tantangan dan Transformasi: Era Seljuk dan Utsmaniyah Awal
Setelah Kekaisaran Bizantium melemah karena serangan dari bangsa Turk Seljuk, terutama setelah Pertempuran Manzikert (1071), Gereja Ortodoks tetap bertahan sebagai institusi yang kuat di wilayah Anatolia.
Namun, situasi berubah drastis setelah penaklukan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453. Sultan Mehmed II, yang dikenal sebagai Penakluk, menjadikan Konstantinopel sebagai ibu kota baru Kekaisaran Utsmaniyah dan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.
a. Perlindungan di Bawah Utsmaniyah
- Meskipun Gereja Ortodoks kehilangan kekuatan politiknya, Kesultanan Utsmaniyah memberikan perlindungan kepada Gereja Ortodoks melalui sistem Millet. Sistem ini memungkinkan komunitas Kristen Ortodoks untuk mempraktikkan agama mereka, memiliki otonomi hukum, dan dipimpin oleh Patriarkat Konstantinopel.
- Gereja Ortodoks menjadi simbol kesatuan bagi umat Kristen di wilayah Utsmaniyah, meskipun dalam posisi subordinat terhadap pemerintahan Muslim.
b. Peran dalam Komunitas
- Gereja Ortodoks memainkan peran penting dalam menjaga identitas budaya dan spiritual komunitas Yunani, Armenia, dan Slavia Ortodoks di wilayah Utsmaniyah.
3. Era Modern: Setelah Kejatuhan Utsmaniyah
Setelah berdirinya Republik Turki pada tahun 1923, posisi Gereja Ortodoks mengalami perubahan signifikan:
- Sekularisasi: Pemerintah sekuler di bawah Mustafa Kemal Atatürk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi peran agama dalam kehidupan publik, termasuk Gereja Ortodoks.
- Hagia Sophia, yang sebelumnya telah dijadikan masjid oleh Utsmaniyah, diubah menjadi museum pada tahun 1935 sebagai simbol netralitas keagamaan.
- Jumlah komunitas Ortodoks di Turki menurun drastis karena konflik politik, seperti Perang Yunani-Turki (1919–1922), dan migrasi besar-besaran umat Kristen ke Yunani.
4. Gereja Ortodoks di Turki Hari Ini
Saat ini, Gereja Ortodoks Timur tetap eksis di Turki, meskipun dalam jumlah kecil. Patriarkat Ekumenis Konstantinopel, yang berpusat di Istanbul, masih menjadi simbol penting bagi umat Kristen Ortodoks di seluruh dunia.
- Pengaruh Global: Meskipun jumlah umat Ortodoks di Turki terbatas, Patriarkat memiliki pengaruh besar dalam komunitas internasional Ortodoks.
- Tantangan Modern: Gereja menghadapi tantangan seperti perlindungan hak-hak agama, restorasi gereja-gereja kuno, dan pengakuan atas status hukum Patriarkat di negara sekuler.
Kesimpulan
Gereja Ortodoks memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah keagamaan Turki, baik sebagai pilar utama Kekaisaran Bizantium maupun sebagai institusi yang bertahan di bawah kekuasaan Utsmaniyah dan Republik Turki. Warisan Gereja Ortodoks masih hidup dalam bentuk arsitektur, tradisi, dan pengaruh spiritual yang melintasi batas-batas wilayah Turki modern.
baca juga: Monumen Gallipoli: Apa aja sih Peninggalan Sejarahnya?