Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, manusia kerap terjebak dalam arus kesibukan yang tiada henti. Pekerjaan, pendidikan, bisnis, dan berbagai bentuk kesenangan duniawi menjadi pusat perhatian, seolah-olah itulah satu-satunya tujuan hidup. Tak jarang, manusia lupa bahwa hakikat hidup tidak berhenti pada apa yang tampak di dunia ini. Kehidupan di dunia hanyalah satu episode dari perjalanan panjang menuju kehidupan yang abadi di akhirat.
Islam sebagai agama yang sempurna memberikan panduan yang jelas mengenai makna dan tujuan hidup manusia. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama penciptaan manusia bukanlah sekadar untuk mencari nafkah, membangun kekayaan, atau mengejar jabatan dunia, melainkan untuk beribadah kepada Allah SWT dan menggapai ridha-Nya.
Daftar Isi
Keterbatasan Kehidupan Dunia
Dunia bersifat fana, sementara, dan penuh ujian. Setiap kenikmatan yang ada di dalamnya memiliki batas waktu. Harta yang kita kumpulkan, jabatan yang kita raih, bahkan orang-orang tercinta sekalipun, tidak akan kita bawa saat meninggal dunia. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.”
(HR. Tirmidzi)
Dunia ibarat ladang tempat menanam. Siapa yang menanam kebaikan, akan menuai pahala. Namun jika yang ditanam hanyalah kesenangan dunia semata, maka saat panen tiba (kematian), ia akan mendapati dirinya miskin dan menyesal.
Menyeimbangkan Dunia dan Akhirat
Islam tidak melarang manusia untuk mencari rezeki dan menikmati kehidupan dunia. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri adalah pedagang yang sukses. Namun, Islam menekankan pentingnya keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat.
Allah SWT berfirman:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia…”
(QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini mengajarkan bahwa kita boleh mengambil bagian dari dunia, tetapi hendaknya dunia tidak menjadi satu-satunya fokus hidup kita. Dunia adalah alat, bukan tujuan. Ia hanyalah kendaraan menuju tempat tujuan yang sejati: akhirat.
Tanda Hidup yang Berorientasi Akhirat
Hidup yang tidak hanya berorientasi pada dunia akan tercermin dari sikap dan perilaku seseorang. Di antaranya:
- Niat yang lurus dalam setiap amal. Bekerja bukan sekadar mencari uang, tapi juga sebagai bentuk ibadah untuk menafkahi keluarga dan membangun masyarakat.
- Konsisten dalam ibadah. Meski sibuk, waktu shalat tidak ditinggalkan. Hubungan dengan Allah tetap menjadi prioritas.
- Dermawan dan peduli sosial. Harta dipandang sebagai amanah, bukan milik mutlak pribadi.
- Selalu mengingat kematian. Orang yang sadar akan kematian akan lebih berhati-hati dalam berkata dan bertindak.
Kematian: Pintu Menuju Kehidupan Kekal
Tak ada yang dapat memungkiri bahwa setiap yang hidup pasti akan mati. Maka, hidup bukan tentang seberapa lama kita tinggal di dunia, tapi apa yang kita tinggalkan setelahnya. Apakah amal jariyah? Ilmu yang bermanfaat? Ataukah doa dari anak-anak yang saleh?
“Apabila anak Adam wafat, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
Maka dari itu, fokuslah pada hal-hal yang kekal. Dunia ini singkat, dan akhirat adalah tempat kembali yang sejati. Kehidupan dunia yang fana hendaknya menjadi ladang amal untuk menggapai surga yang kekal.
Kesimpulan
Hidup bukan untuk dunia semata. Dunia hanyalah tempat persinggahan sementara, bukan tujuan akhir. Islam mengajarkan agar kita tidak terperangkap dalam keindahan duniawi yang menipu, melainkan menjadikan dunia sebagai sarana untuk menggapai kehidupan abadi di akhirat.
Mari kita renungkan, apakah hidup kita selama ini telah terarah pada tujuan yang benar? Apakah niat kita telah lurus? Apakah amal kita sudah mencerminkan seorang hamba yang rindu pada Tuhannya?
🌿 “Hiduplah di dunia seakan-akan engkau seorang musafir…” (HR. Bukhari)
Sudah saatnya kita menata kembali orientasi hidup kita. Mulailah menabur amal dari sekarang, karena kelak hanya itu yang akan kita panen.